TRADISIS TARIAN PERANG (KATAGA-WOLEKA) NNT-WEST SUMBA
KATAGA adalah
memperhitungkan kekuatan lawan dan di mana letak-letak kelemahan lawan. Makanya
gerakan-gerakan kaki dalam tarian ini sepertinya maju mundur pada awalnya.
Konon dahulu kala di Anakalang, terjadi peristiwa perang antar kampung ataupun perang antara marga yang satu dengan marga yang lainnya, dan perang tersebut disebut dengan perang tanding. Dalam perang tanding biasanya ada pihak yang menang ataupun kalah.
beberapa hari dengan digantung di ‘TUGU’ (adung*) pelataran/talora, dan pada suatu saat bila ada pihak ketiga yang melakukan perdamaian pada kedua pihak, maka tengkorak musuh dikembalikan sebagai tanda perdamaian. Setelah acara perang tanding selesai, biasanya para serdadu yang terlibat dalam perang tanding memperagakan cara mereka berperang.
Konon dahulu kala di Anakalang, terjadi peristiwa perang antar kampung ataupun perang antara marga yang satu dengan marga yang lainnya, dan perang tersebut disebut dengan perang tanding. Dalam perang tanding biasanya ada pihak yang menang ataupun kalah.
beberapa hari dengan digantung di ‘TUGU’ (adung*) pelataran/talora, dan pada suatu saat bila ada pihak ketiga yang melakukan perdamaian pada kedua pihak, maka tengkorak musuh dikembalikan sebagai tanda perdamaian. Setelah acara perang tanding selesai, biasanya para serdadu yang terlibat dalam perang tanding memperagakan cara mereka berperang.
kataga menceritakan bagaimana mereka memotong, menangkis dan menghindar. Dari sinilah kemudian ketika perang tanding sudah bukan menjadi kebiasaan lagi maka hal itu dialihkan menjadi gerakan-gerakan tari yang sekarang disebut sebagai tarian KATAGA atau tarian PERANG.
Acara pemotongan ini
dilakukan dengan penuh perhitungan dan sangat hati-hati agar tidak merusak
tengkorak.
ini adalah salah satu vidio tarian sumba barat:
Nama tungku untuk memasak kepala orang di adung bani itu adalah Kabellaku da binnu, kaitu da ma jauli, yang berarti tempat yang tidak pernah penuh dan bermakna selalu minta untuk diisi.
ini adalah salah satu vidio tarian sumba barat:
Nama tungku untuk memasak kepala orang di adung bani itu adalah Kabellaku da binnu, kaitu da ma jauli, yang berarti tempat yang tidak pernah penuh dan bermakna selalu minta untuk diisi.
Gerakan
tarian ini sewaktu waktu diselingi teriakan keras dan nyaring ketika terjadi gerakan
menyerang lawan. Selain tari Kataga, ada juga tari Woleka. Kedua tari ini sangat
populer di daerah Sumba Barat.
BUDAYA SUMBA BARAT
Di Sumba , pemeluk agama (kabisu) dan rakyat jelata (ata) masih berlaku, walaupun tidak setajam dimasa lalu dan jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan busananya.Perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh tingkat kepentingan peristiwa seperti pada pesta-pesta adat, upacara-upacara perkawinan dan kematian dimana komponen-komponen busana yang dipakai adalah buatan baru. Sedangkan busana lama atau usang biasanya dipakai di rumah atau untuk bekerja sehari-hari.
Ingi Dete dan Ingi
Bawa: yang dimaksudkan dengan ingi adalah kain berbentuk lembaran yang
merupakan item paling pokok dari busana tradisional lelaki Sumba. Ingi terdiri
dari dua bagian, Ingi Bawa (kain bawah) dan ingi deta (kain atas). Ingi bawa
dikenakan pada bagian bawah tubuh dengan cara dililitkan di pinggang dimana
sebagian ujung kain dibiarkan menjulur diantara lutut. Ingi Dete digunakan
seperti selendang yang disampirkan menyimpang dari bahu kiri ke bahu kanan.
Kapouta: ikat kepala
yang dililit sedemikian rupa membentuk kerucut (kabora) dengan ujung mencuat ke
atas atau berbagai variasi lain. Beda wilayah beda pula cara mengikat kaupata,
sehingga dalam batas-batas tertentu bisa dijadikan identitas kelompok sub-etnis.
Kapouta dulunya terbuat dari kulit kayu, namun kini tergantikan oleh kain tenun
dan kain-kain buatan pabrik.
kalere begge: ikat pinggang terbuat dari kulit kayu yang digunakan untuk mengikat ingi bawa agar kuat melekat di pinggang. Dewasa ini kalere begge yang asli sudah jarang ditemukan, orang lebih suka menggunakan ikat pinggang lebar buatan pabrik yang disebut salopo atau halopa.
Katopo begge: parang
yang diselipkan pada ingi bawa, di pinggang bagian kiri.
Kaleku pamama: tas
dari anyaman pandan atau kulit kayu yang disampirkan di bahu sebelah kiri.
Kaleku pamama digunakan untuk menyimpan sirih pinang yang disuguhkan kepada
tamu sebagai tanda selamat datang dan untuk keperluan pemujaan.
Sementara untuk
kalangan rato dan penari, selain perlengkapan standar seperti disebutkan di
atas, ada tambahan asesoris sebagai berikut:
Lado: hiasan kepala
terbuat dari bulu kuda putih dengan rotan kecil sebagai bingkai dan bilah rotan
sebagai pengikat. Lado biasanya ditancapkan pada kapauta, ujung bawah sejajar
dengan dahi dan ujung satunya sejajar dengan kabora. Lado seperti itu hanya
digunakan oleh Rato Rumata. Rato-rato lain menggunakan lado yang lebih
sederhana, berupa seutas rotan yang ujungnya dihiasi bulu ayam hitam (lado
wullu manu mette).
Nobu: tombak yang umumnya
terbuat dari besi atau kayu pilihan. Tombak yang dikenakan oleh rato biasanya
merupakan tongkat-tongkat keramat yang hanya boleh digunakan pada saat
tertentu.
Toda: tameng atau
perisai terbuat dari kulit kerbau.
Lagoro: giring-giring
yang dikenakan pada betis, ada yang berhiaskan bulu ekor kuda (logoro ullu
wa'i) dan juga yang disematkan pada kulit kambing.
Pali piding: tali
rotan berhiaskan bulu ekor kuda. Dikenakan di pinggang dengan ujung berada
dibelakang tubuh.
pada bagian wanita terdiri dari:
- Sarung: yang dilingkari sekeliling dada,Kaleku pamama: tas tradisisonal yang tebuat dari anyaman pandan.mamoli: perhiasan telinga berbentuk ketupat dengan lubang ditengah, mamoli ini terbuat dari emas, kuningan atau perak.Maraga: perhiasan dada berupa pita besar yang terbuat dari emas, kuningan dan perak.
- Lele: gelang. ada yang dikenakan di tangan, umumnya terbuat dari gading (lele gadi), ada pula yang dikenakan di kaki, umumnya terbuat dari anyaman tali yang dihiasi giring-giring (lele wai).
kapauta (ikat kepala) yang dililit sedemikian rupa membentuk kerucut berbagai variasi lain, ada juga wilayah beda pula cara mengikat kapauta
(ikat kepala). pada jaman nenek moyang kapauta masish terbuat dari kulit kayu, dan sekarang terbuat dari tenun dan kain buatan pabrik.
selain itu para lelaki juga mengenakan parang(katopo begge) dikenakan di pinggang bagian kiri mereka, tanpa ada parang pada pinggang mereka merasa malu, karena itu adat sumba.
Kaleku pamama: tas dari anyaman pandan
atau kulit kayu yang disampirkan di bahu sebelah kiri. Kaleku pamama digunakan
untuk menyimpan sirih pinang yang disuguhkan kepada tamu sebagai tanda selamat
datang dan untuk keperluan pemujaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar